Belajar dari Lebah


              Al – Qur’an menceritakan sifat lebah yang unik sebagai alternative sumber pelajaran bagi makhluk hidup di alam raya ini. Allah juga hendak menunjukan kemaha besaran dan keberadaan-Nya kepada hambaNya yang berfikir. Selain itu juga sebagai I’tibar untuk memberikan contoh secara sederhana bagaimana cara hidup yang baik dan bijaksana.
           Predikat bijaksana dan berakhlak untuk lebah mungkin kurang tepat, karena ia hanyalah hewan yang tak berakal. Namun, lebah memang bisa disebut hewan bijak dan berakhlak baik. Lebah memiliki perilaku hidup bersih (memakan yang bersih), memberi manfaat kepada pihak lain (madu dan penyerbukan) dan tidak merusak lingkungan  serta memiki solidaritas yang tinggi. Perilaku demikian sejalan dengan anjuran agama.
         Pelajaran gamblang yang bisa didapat dari lebah, misalnya ia selalu mencari makanan yang baik-baik dari sumber yang bersih (bunga pilihan), dan menghisap sari madunya. Kemudian dari madunya. Kemudian darinya ia mengeluarkan madu yang berguna bagi manusia. Hal ini merupakan cerminan dari sikap akhlak seorang mukmin yang harus berusaha dengan baik untuk mencari yang baik-baik (halalan & toyyibah) dengan cara yang baik pula.
         Bila lebah saja dapat memberikan kesejukan dan kedamaian kepada pihak lain dan lingkungannya tentu manusia harus lebih bisa lagi. Bila lebah saja tidak membuat kerusakan dalam mencari makanan apalagi manusia yang memiliki akal pikiran , masih sering melakukan tindakan yang keji serta merusak lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
       Hiduplah seperti lebah, jangan seperti lalat. Sebab, hewan ini identik dengan perilaku yang kotor dan sembarangan. Akibatnya, ia menyebarkan penyakit kesekitarnya. Mental lalat adalah mental suka menerabas dan egois yang merugikan orang lain. Namun demikian lalat sebenarnya memiliki juga sisi baik.
     Nabi mengatakan bila air minum kita dihinggapi lalat, maka sayap (kirinya) akan mengeluarkan racun, celupkan lalat itu dalam gelas lalu dibuang, Karena pada sisi (kanan) sayap lalat itu ada penawar penyakit yang bias menetralisir air. Demikian pula manusia seburuk apapun perilakunya, sebenarnya pasti ada sisi hatinya yang baik.
           Potensi kebaikan itulah yang perlu dibina agar iapun bias menjadi baik. Menjadi manusia berakhlak lebah bukan manusia bukan manusia yang berakhlak lalat, yang senantiasa memilah dan memilih makanan yang baik. Tentunya hanya manusia bijaklah yang bisa belajar dan memetik hikmah dari alam sekitarnya.
           Semoga dengan meneladani filosofi hidup lebah, kita senantiasa bias hidup lebih produktif, bersih dan bermanfaat bagi orang lain, amin ya rabbal’alamien.


0 komentar to "Belajar dari Lebah"

Posting Komentar

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

About This Blog

Blog Archive

Web hosting for webmasters